Harga jual burung berkicau di Malang, Jawa Timur, belakangan ini tidak terkendali lagi. Melambungnya harga burung khususnya untuk lomba dapat dijumpai di beberapa tempat latihan seperti di Karang Ploso, Kepanjen, Bulu Lawang, Sempal Wadak dan Sawojajar.
Seekor burung cendet yang kali pertama juara I di arena latihan bersama (Latber) sudah dibandrol Rp 15 juta. Hal sama juga terjadi pada jenis murai batu. Bahkan harganya bisa berlipat menembus kisaran Rp 30 juta.
Sedangkan di pasar burung seekor murai batu yang punya prospek untuk dilombakan juga sudah dibandrol mahal. Fenomena tersebut, kata Dion Gua Gong, pelomba asal Malang sangat jauh berbanding dengan tahun 2010.
Dion, membandingkan kalau tahun 2010 dana Rp 100 — 250 ribu sudah bisa untuk mendapatkan cendet bakalan yang propek sebagai burung lomba. “Namun sekarang burung cendet rumahan kalau akan kita beli, sang pemiliknya sudah membandrol Rp 2,5 juta. Padahal burung tersebut belum pernah diterjunkan di lapangan,” ujarnya seraya mengakui bahwa kualitas burung tersebut memang bagus.
Fakta tersebut, lanjut Dion, karena murai batu dan cendet merupakan jenis burung paling bergengsi dalam sebuah lomba di kawasan Malang dan sekitarnya. Mahalnya harga kedua burung tersebut cenderung didorong oleh faktor gengsi. Artinya jika ada kesepakatan antara penjual dan pembeli maka akan mendongkrak gengsi penjual maupuri pembeli.
Perlu diingat bahwa hal tersebut bisa terjadi di dalam ranah dunia hobi. Meski demikian Dion berbagi saran kalau ada pembeli yang berani dengan lebih mahal dari pasaran, sebaiknya burung dijual saja.
Permintaan atas pleci
Sedangkan mengenai harga pleci yang terus melambung dia memakluminya karena belakangan ini memang sedang diminati banyak pelomba. Terbukti di pelbagai even, baik di latber hingga lomba, jumlah pesertanya cukup banyak. Bahkan kondisi seperti ini terjadi hampir di seluruh wílayah kantong penghobi burung berkicau.
Penelusuran wartawan BnR di Pasar Burung Splendit Malang pun menjumpai kenaikan harga jual burung di luar kewajaran. Burung jenis pleci secara gropyokan yang semula dijual Rp 7.500 kini melonjak dijual Rp 25.000. Meski djual dengan harga berlipat namun persedian burung tersebut kerap habis.
Mbah Ridwan (59) pedagang asongan di Pasar Burung Splendit mengaku dagangan plecinya belakangan ini sangat laris. Bahkan ia kerap kehabisan stok lantaran jumlah pasokan dan pengepul sangat minim.
“Sekarang sudah mulai sulit untuk mendapatkan pleci sebab terlalu sering dijaring dan dijual ke pasar untuk memenuhi permintaan penghobi yang makin banyak,” tuturnya. (Referensi: BnR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar