Pentas perhelatan akbar di Asia Tenggara itu akhirnya berakhir juga. Berakhir dengan manis, karena Indonesia berhasil menjadi juara umum kembali setelah puasa 14 tahun. Berakhir miris karena Timnas Sepakbola kita kandas di final oleh adu penalti Malaysia. Dan berakhir tragis untuk kematian dua orang suporter Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta malam tadi Senin (21/11).
Kita bangga dapat menyaksikan seluruh atlet dapat berjaya atau setidaknya meraih peringkat disemua cabang. Raihan 171 emas, 147 perak dan 136 perunggu (hingga pagi ini) memperlihatkan hasil memuaskan yang membayar persiapan penyelenggaraan yang konon meraup dana hingga milyaran rupiah itu. Semua atlet pada seluruh cabang memperlihatkan semangat juang dan determinasi yang tinggi untuk bangsa dan negara.
Kekecewaan juga masih nampak pada sebagian besar rakyat Indonesia kala timnas kesayangan kita harus takluk oleh negara tetangga Malaysia pada laga final sepakbola dalam drama adu penalti yang berakhir 3-4 setelah sebelumnya bermain imbang 1-1. Harapan besar untuk menyandingkan predikat juara umum dan emas di cabang paling populer di Dunia dan Indonesia itu pupus sudah. Walau sejumlah nilai positif didapat karena masa depan timnas muda yang punya talenta tinggi ini.
Namun dua faktor itupun tertutup oleh ketidaksiapan panitia penyelenggara dalam memastikan keselamatan para penggemar olahraga. Membludaknya massa yang mendesak membuat beberapa orang terjatuh dan terinjak. Dua nyawa pemuda melayang untuk masuk ke stadion hanya karena ingin melihat timnas berlaga. Keinginan mereka yang tidak kesampaian itu harus dibayar mahal. Antusiasme murni mereka tidak berbanding lurus dengan kenyataan yang terjadi.
Satu catatan atas fakta itu mengemuka, bahwa pembinaan dan penyelenggaraan di negara ini jelas harus dirubah total. Karena kita tidak ingin lagi melihat berbagai macam ketidaksiapan dan akibat besar yang akan ditimbulkan seperti kejadian ini. Tersedianya fasilitas dan anggaran dana yang besar ternyata tidak juga membuat segalanya berjalan mulus.
Kalaupun ada yang menanyakan apa jalan keluar dari seluruh masalah ini, jawabannya hanya satu yaitu Indonesia harus belajar mengucap syukur. Mental pengucap syukur akan selalu mendapatkan jalan yang positif, sportif dan kontibutif untuk kejayaan Indonesia pada perhelatan olahraga lain yang menunggu didepan mata!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar