expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Berbagi Informasi Sharing,Curhat(FIK,Universitas Negeri Malang IK 2010 )

Anda pengunjung blog nomer

jadi yg pertama diantara teman temanmu

Senin, 24 September 2012

Lobito, Musikus Suku Inca-Indian

Lobito, Musikus Suku Inca yang Beristri Wanita Batu
Setiap Konser, Jual CD dan Pernik-Pernik Indian
Lobito saat konser di Matos (foto oleh Rully Novianto/Radar Malang)
Indian salah satu suku terpopuler di dunia. Banyak orang mengenalnya dari film-film produksi Hollywood. Lobito, salah seorang suku Inca Indian, kini tengah berada di Malang untuk mengenalkan musiknya. Tak banyak yang tahu bahwa Lobito beristri wanita asal Kota Batu.
“Dia, seperti orang Indian lainnya, berwatak keras dan cenderung blak-blakan,”
kata Puri, istri Lobito
Malam itu, pria yang memiliki nama asli Flores Juarez Wilberck tersebut menggelar konser kecil-kecilan di salah satu sudut Malang Town Square (Matos). Tidak ada panggung. Konser itu hanya memanfaatkan karpet yang digelar di atas lantai mal.
Peralatan yang digunakan juga cukup minimalis. Hanya ada dua sound system dan satu mixer. Meski begitu, konser serba minimalis itu mampu menarik minat para pengunjung yang kebetulan melintas.
Pria yang akrab disapa Lobito itu memang menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Dari pakaian dan aksesori yang dikenakan, orang bisa menebak bahwa Lobito berasal dari suku Indian. Kala itu, dia memakai baju kulit warna cokelat serta aksesori khas Indian seperti kalung dari tulang dan hiasan kepala dari bulu elang. Persis seperti tokoh-tokoh Indian dalam film Indiana Jones maupun Pocahontas.
Lobito tidak sendirian. Dia ditemani seorang wanita berwajah khas Indonesia. Wanita itu tak lain istrinya, Puri Budi Widhayanti. Puri yang merupakan warga Kota Batu dinikahi Lobito pada Mei 2009. Dalam konser itu, Lobito bertindak sebagai pemain musik sekaligus vokalis. Sementara Puri menjadi vokalis.
Karena berasal dari Indian, musik yang ditawarkan Lobito tentu saja berasal dari sana meskipun ada sentuhan musik-musik modern. Boleh dibilang, musik Lobito ini menawarkan sesuatu yang baru untuk ukuran telinga orang Indonesia.
Dengan alat-alat musik macam samponya, flute, dan bell ring, Lobito dan istrinya menyajikan musik etnik Indian. Ada yang bilang musik Lobito memiliki aroma magis atau mistis. Namun, yang jelas, musiknya syahdu dan menenteramkan hati.
Siapakah Lobito sebenarnya? Mengapa dia memilih wanita Indonesia sebagai istri? Lobito lahir di Kota Animase Potosi, Bolivia, 20 Oktober 1972 silam. Bolivia, bersama Ekuador dan Peru merupakan negara yang didominasi suku Indian.
Lobito menghabiskan masa kecilnya di Bolivia. Namun, pada usia 18 tahun, dia memutuskan hijrah ke Hungaria (Eropa Timur). ”Musik yang membawa saya ke sana (Hungaria),” ujar Lobito dengan bahasa Inggris yang masih terbata-bata. Sejak kecil, Lobito memang bercita-cita menjadi musikus.
Di Hungaria, Lobito juga merekam karya-karya musiknya. Agar musiknya lebih dikenal, Lobito ”ngamen” dari satu negara ke negara yang lain, khususnya di Eropa dan Asia.
Suatu ketika, saat mengikuti festival musik internasional di Taipei pada 2006 silam, Lobito bertemu Puri, wanita yang kini jadi istrinya. Seperti Lobito, Puri yang kala itu masih tercatat sebagai mahasiswa jurusan seni musik Institut Kesenian Jakarta (IKJ) merupakan wakil Indonesia dalam festival musik tahunan itu. Saat jumpa pertama, Lobito mengaku sudah tertarik kepada Puri. Ketertarikan itu lebih pada faktor musik.
”Saya sudah sering lihat band-band instrumental dari Indonesia. Tapi baru kali ini saya lihat penyanyi dari Indonesia,” tutur Lobito soal Puri kala itu. Dia mengaku kagum akan kualitas suara Puri.
Setelah bertemu beberapa kali atau kontak melalui telepon, akhirnya Mei 2009, keduanya memutuskan menikah di Batu. Sebelum menikahi Puri, Lobito yang awalnya seorang atheis (tidak punya agama) memutuskan memeluk agama yang dianut istrinya, yakni Islam. ”Saya sangat respek kepada agama ini (Islam),” ujarnya.
Meski tidak ada kendala dari sisi agama, perbedaan budaya antara Lobito dan Puri juga sempat menjadi ganjalan. Menurut Puri, budaya Indonesia dan Indian berbeda jauh. “Dia, seperti orang Indian lainnya, berwatak keras dan cenderung blak-blakan,” ungkapnya. Namun, lambat laun, Puri semakin terbiasa dengan watak, karakter, dan budaya suaminya.
Puri mengaku dia dan Lobito tidak selalu bertemu tiap hari mengingat Lobito memang berkeliling dari satu negara ke negara lain. Apalagi, Lobito punya tempat tinggal di Hungaria dan Bolivia. ”Tapi untuk enam bulan ke depan, ia akan tinggal di Batu,” tuturnya.
Dalam waktu enam bulan itu, Lobito punya misi untuk memperkenalkan musiknya di Malang, bahkan kota lain di Indonesia. Rencananya, akhir pekan ini Lobito akan menyambangi Surabaya. Dari setiap konser, Lobito juga menjual CD karyanya yang mencapai empat album. Selain itu, berbagai pernak khas Indian dijual dalam tiap konser. ”Sejauh ini, respons masyarakat cukup bagus,” katanya.
Tujuan Lobito untuk singgah di Batu selama enam bulan ke depan juga didasari keinginannya untuk lebih dekat dengan putra sulungnya, Ollantay Rodrigo, yang baru berusia 5 bulan. Bahkan, Puri kini juga tengah mengandung dua bulan.
Puri mengatakan, Lobito belum bisa memastikan apakah akan menetap seterusnya di Indonesia. Yang jelas, sang suami punya keinginan untuk memboyong keluarganya ke Bolivia pada 2012 mendatang. ”Suami saya termasuk orang yang percaya dengan ramalan kiamat 12-12-2012 suku Maya,” ujarnya, lalu tersenyum. (indramufarendra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar